Senin, 05 September 2016

Geofisika di Bidang Gunung Api

Bumi yang kita tinggali, bukanlah suatu benda mati yang tidak bergerak dan tidak beraktifitas. Sebenarnya bumi kita melakukan aktivitas yang sangat dinamis dan teratur. Gerakan ini sangat harmonis dan terjadi sangat lambat, bahkan perlu waktu puluhan hingga ribuan tahun. Sehingga aktivitas bumi tidak dapat dirasakan oleh manusia secara langsung, namun dapat terlihat dari reaksi yang ditimbulkan dan muncul di permukaan bumi dan terlihat dengan berbagai bentukan struktur bumi. Seperti gunung api, lembah, sungai, lipatan, kekar, patahan dan lain sebagainya.
Kenampakan alam yang muncul di permukaan ini terjadi karena aktifitas dari dalam bumi itu sendiri. Misalnya munculnya gunung api, terjadi karena adanya arus konveksi dari dalam bumi yang menyebabka gerakan antar lempeng. Akibat dari gerakan yang terjadi ini memunculkan sumber pembentukan magma. Karena adanya perbedaan densitas dimana magma memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan lapisan kerak bumi mengakibatkan magma ini mendesak keluar dan memunculkan kenampakan pegunungan.
Magma yang berhasil muncul ke permukaan bumi akan membentuk gunung api aktif, sedangkan magma yang tidak dapat keluar ke permukaan bumi akan membentuk pegunungan dan membeku di dalam lapisan bumi. Beberapa daerah sumber pembentukan magma antara lain zona subduksi antar lempeng samudra dan lempeng benua. Zona pemekaran antar lempeng ataupun terjadi di zona hot spot.
Keluarnya magma ke permukaan bumi juga tergantung dari struktur material penyusunnya. Apakah magma itu bersifat asam atau basa. Magma yang bersifat asam dengan tingkat viskositas tinggi akan keluar ke permukaan sebagai material piroklastik dan menimbulkan letusan eksplosif. Biasanya magma asam akan membentuk gunung yang berbentuk kerucut. Sedangkan magma yang bersifat basa dengan tingkat viskositas rendah akan keluar ke permukaan bumi sebagai material cair yang mengalir seperti lava atau lahar. Basanya magma basa akan membetuk gunung yang relatif landai seperti tipe hawaian.
Aplikasi bidang ilmu geofisika untuk bidang gunung api dapat dilakukan untuk memprediksi bagaimana kondisi gunung tersebut dengan memasang beberapa alat yang akan menangkap gelombang seismik dari aktifitas letusan kecil di dalam gunung tersebut. Tentu saja, kita tidak dapat mencegah terjadinya erupsi, namun dengan berbekal ilmu pengetahuan yang dimiliki setidaknya kita bisa meminimalisir dampak negatif dari aktifitas gunung api. Selain itu, kita juga bisa memetakan daerah yang aman untuk pemukiman maupun untuk evakuasi dengan melihat riwayat letusan gunung dari mineral dan batuan yang berada di sekitarnya.


Laporan Praktikum Hukum OHM

LAPORAN PRAKTIKUM
HUKUM OHM







Disusun Oleh
Nama                                  : Eka Fitriani
NIM                                    : 15/379608/PA/16666
No. Golongan                     : 56 A
Asisten                                : Tisar Dewi Pratiwi
Hari, Tanggal Praktikum     : Kamis, 18 November 2015

LABORATORIUM FISIKA DASAR
JURUSAN FISIKA FMIPA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari hari kita sering menjumpai penggunaan alat digital di berbagai bidang mulai dari peralatan rumah tangga misalnya rice cooker, microwave, oven dan sebagainya hingga peralatan digital seperti gadget, hp dan laptop yang selalu digunakan manusia dalam kegiatannya. Dimana setiap peralatan digital tersebut memerlukan sumber energi listrik agar dapat digunakan secara optimal.
Dalam sebuah rangkaian listrik biasanya terdapat istilah yang dikenal dengan arus listrik, tegangan dan hambatan. Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar mampu mengalirkan electron bebas secara terus menerus. Aliran inilah yang disebut dengan arus. Sedangkan tegangan adalah beda potensial yang ada di antara titik rangkaian listrik tersebut. Untuk menemukan hubungan di antara istilah-istilah yang ada dalam sebuah rangkaian listrik diperlukan sebuah praktikum yang dapat membuktikannya.
Dengan melakukan praktikum ini kita dapat mengetahui dan mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus pada suatu rangkaian dan dapat digunakan untuk mengetahui sebuah hambatan listrik tanpa harus menggunakan alat yang dinamakan ohmmeter. Selain itu materi tentang hukum ohm ini sangat berguna khususnya yang mendalami kelistrikan. Karena dengan adanya hukum ohm kita dapat mengerti tentang kelistrikan. Untuk itu dalam kegiatan praktikum  kali ini praktikan akan meneliti lebih lanjut mengenai Hukum Ohm.

1.2  Tujuan
·         Belajar menerapkan dan mengertikan (meng-interpretasi-kan) grafik.
·         Memperagakan pengukuran arus dan tegangan pada suatu tahanan.
·         Penentuan besar suatu tahanan dengan metode grafik.
·         Membuktikan kebenaran persamaan “Hukum Ohm”.
·         Menentukan hubungan antara arus yang mengalir pada resistor (I) dengan beda potensial (V) pada ujung-ujung resistor.

BAB II DASAR TEORI
2.1 Hukum Ohm
Ohm diambil dari nama tokoh fisika George Simon Ohm. Dia merupakan ilmuan yang berhasil menentukan hubungan antara beda potensial dengan arus listrik. Selain tiu dia juga menemukan bahwa perbandingan antara beda potensial di suatu beban listrik dengan arus yang mengalir pada beban listrik tersebut menghasilkan angka yang konstan. Konstanta ini kemudian di kenal dengan Hambatan listrik (R). Untuk menghargai jasanya maka satuan Hambatan listrik adalah Ohm (Ω).
Hukum Ohm menyatakan bahwa besarnya kuat arus ( I ) yang melalui konduktor antara dua titik berbeda berbanding lurus terhadap beda potensial atau tegangan ( V ) di dua titik tersebut.
I ∞ V
Sedangkan hubungan antara kuat arus  ( I ) yang melalui konduktor berbanding terbalik dengan hambatan rangkaian atau resistor ( R ) pada rangkaian.
I ∞
Jika kedua hubungan diatas digabung maka akan terbentuk hukum ohm , yang bila dituliskan secara fisika adalah sebagai berikut :

Keterangan :
V = Tegangan ( V )
I  = Kuat arus ( A )
R = Hambatan ( Ω )

 


I =  . V 

Fungsi utama hukum Ohm adalah digunakan untuk mengetahui hubungan tegangan dan kuat arus serta dapat digunakan untuk menentukan suatu hambatan beban listrik tanpa menggunakan Ohmmeter. Kesimpulan akhir hukum Ohm adalah semakin besar sumber tegangan maka semakin besar arus yang dihasilkan. Kemudian besar kecilnya hambatan listrik tidak dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang penampang, luas penampang dan jenis bahan.
2.2 Rangkaian Seri
Hambatan listrik suatu penghantar dapat disusun secara seri dan paralel atau digabung antara kedunaya yaitu seri dan paralel.
2.2.1 Rangkaian Seri
Dalam rangkaian seri arus yang mengalir hanya dalam satu jalur. Dimana arus I akan sama di setiap bagian rangkaian. Hukum Ohm sendiri dapat diterapkan untuk seluruh bagian dalam rangkaian seri ataupun per bagian dalam rangkaian seri itu sendiri.







Gambar 1. Rangkaian Seri

Persamaan untuk rangkaian seri adalah



2.2.2 Rangkaian Paralel
Dalam rangkaian paralel, pemasangan antar komponen dilakukan secara berderet. Dimana beda potensial atau tegangan V akan sama di setiap bagiannya.






Gambar 2. Rangkaian Paralel

Persamaan sistematis untuk rangkaian paralel adalah

Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda potensial. Baterai merupakan salah satu alat yang dapat menghasilkan beda potensial. Sedangkan resistor yang digunakan adalah resistor carbon dimana digunakan kode-kode warna sebagai petunjuk besarnya nilai resistensi dari resistor. Resistor ini berbentuk tabung dangan dua kaki di kiri dan kanan, dibadannya terdapat cincin kode warna untuk mengetahui besarnya resistensi tanpa menggunakan ohmmeter.
Contoh salah satu gambar resistor :


                                                            Gambar 3. Resistor




Dua warna pertama menyatakan dua digit pertama nilai hambatan, warna ketiga menyatakan pangkat sepuluh yang digunakan untuk mengalikan dan keempat merupakan toleransi pembuatan.
Tabel nilai warna pada cincin resistor :


BAB III METODE PENELITIAN
3.1  Alat dan Bahan
3.1.1        Sumber Tegangan DC Sumber tegangan DC 6 Volt ( 4 buah baterai @1.5 Volt )
3.1.2        DC miliAmperemeter
3.1.3        DC voltmeter
3.1.4        Potensiometer
3.1.5        2 buah tahanan ( R )
3.1.6        Kabel konektor




3.2  Skema Percobaan
1.      Rangkaian Tunggal


Gambar 4. Skema Dasar Percobaan Rangkaian Tunggal













Gambar 5. Skema Percobaan Rangkaian Tunggal
2.      Rangkaian Seri


Gambar 6. Skema Dasar Percobaan Rangkaian Seri



3.      Rangkaian Paralel

Gambar 7. Skema Dasar Percobaan Rangkaian Paralel


                                                            
Keterangan Gambar
= Resistor
= Potensiometer
= Sumber Tegangan
= Amperemeter
= Voltmeter











Gambar 8. Skema Percobaan Rangkaian Seri dan Paralel
3.3  Tata Laksana Penelitian
3.3.1        Percobaan pertama, rangkaian tunggal resistor 1
1.      Alat dan bahan disiapkan dan dirangkai sesuai dengan skema percobaan gambar 5
2.      Sebelumnya DC miliamperemeter dikalibrasi terlebih dahulu dengan mengatur jarum agar menunjuk pada angka nol.
3.      Potensiometer diputar sehingga amperemeter menunjukkan skala tertentu yaitu 2 mA
4.      Kemudian perubahan jarum pada voltmeter diamati lalu dicatat.
5.      Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan memberi variasi pada amperemeter yaitu 4 mA, 6 mA, 8 mA, 10 mA, 12 mA, 14 mA, 16 mA, 18 mA, 20 mA. Lalu perubahan pada jarum voltmeter untuk setiap percobaan dicatat

3.3.2        Percobaan pertama, rangkaian tunggal resistor 2
1.      Alat dan bahan dirangkai sesuai dengan skema percobaan gambar 5, hanya saja menggunakan resistor yang berbeda
2.      Potensiometer diputar sehingga amperemeter menunjukkan skala tertentu yaitu 2 mA
3.      Kemudian perubahan jarum pada voltmeter diamati lalu dicatat.
4.      Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan memberi variasi pada amperemeter yaitu 4 mA, 6 mA, 8 mA, 10 mA, 12 mA, 14 mA, 16 mA, 18 mA, 20 mA. Lalu perubahan pada jarum voltmeter untuk setiap percobaan dicatat

3.3.3        Percobaan pertama, rangkaian tunggal resistor seri
1.      Alat dan bahan dirangkai sesuai dengan skema percobaan gambar 8, dengan susunan resistor seri
2.      Potensiometer diputar sehingga amperemeter menunjukkan skala tertentu yaitu 2 mA
3.      Kemudian perubahan jarum pada voltmeter diamati lalu dicatat.
4.      Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan memberi variasi pada amperemeter yaitu 4 mA, 6 mA, 8 mA, 10 mA, 12 mA, 14 mA, 16 mA, 18 mA, 20 mA. Lalu perubahan pada jarum voltmeter untuk setiap percobaan dicatat

3.3.4        Percobaan pertama, rangkaian tunggal resistor paralel
1.      Alat dan bahan disiapkan dan dirangkai sesuai dengan skema percobaan gambar 8, dengan susunan resistor paralel
2.      Potensiometer diputar sehingga amperemeter menunjukkan skala tertentu yaitu 4 mA
3.      Kemudian perubahan jarum pada voltmeter diamati lalu dicatat.
4.      Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan memberi variasi pada amperemeter yaitu 6 mA, 8 mA, 10 mA, 12 mA, 14 mA, 16 mA, 18 mA, 20 mA, 22 mA. Lalu perubahan pada jarum voltmeter untuk setiap percobaan dicatat

3.4  Analisis Data
Hukum Ohm

1.      Metode Grafik

Keterangan :

V = Tegangan ( V )
I  = Kuat arus ( A )
R = Hambatan ( Ω )

 


V = I . R

I =  . R
 



y    m   x


I (A)                     




                                                           V (V)


2.      Metode regresi linear :






m ± ∆m = ... ± ....
m =           R =

           


R  = ..........  .......... Ω


R seri = ( R1+ R2) Ω


R paralel =( )












BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Data Percobaan
4.1.1 Tabel data percobaan pertama menggunakan resistor tunggal (R1)
A (mA)
V (Volt)
2
0,1
4
0,3
6
0,5
8
0,7
10
0,85
12
1.15
14
1,2
16
1,4
18
1,6
20
1,8
Tabel 4.1 Percobaan  resistor tunggal (R1)

4.1.2        Tabel data percobaan kedua menggunakan resistor tunggal (R2)
A (mA)
V (Volt)
2
0,2
4
0,4
6
0,5
8
0,7
10
0,9
12
1.1
14
1,3
16
1,5
18
1,7
20
1,8
Tabel 4.2 Percobaan  resistor tunggal (R2)

4.1.3        Tabel data percobaan ketiga menggunakan resistor seri
A (mA)
V (Volt)
2
0,2
4
0,4
6
0,6
8
0,9
10
1,2
12
1.4
14
1,6
16
1,8
18
2,05
20
2,25
Tabel 4.3 Percobaan  resistor seri

4.1.4        Tabel data percobaan ketiga menggunakan resistor paralel
A (mA)
V (Volt)
4
0,05
6
0,1
8
0,15
10
0,2
12
0,25
14
0,3
16
0,35
18
0,4
20
0,42
22
0,45
Tabel 4.4 Percobaan  resistor  paralel





4.2      Grafik
4.2.1        Grafik percobaan pertama dengan  rangkaian resistor tunggal R1























Grafik 4.1 Percobaan pertama






4.2.2        Grafik percobaan kedua dengan rangkaran resistor tunggal R2
















Grafik 4.2 Percobaan kedua




4.2.3        Grafik percobaan ketiga dengan rangkaian  resistor seri
















Grafik 4.3 Percobaan ketiga




4.2.4        Grafik percobaan keempat dengan rangkaian resistor paralel























Grafik 4.4 Percobaan keempat





4.3      Pembahasan
Dalam praktikum hukum ohm kali ini praktikan melakukan empat kali percobaan. Percobaan pertama dilakukan dengan menyusun rangkaian resistor tunggal R1, rangkaian disusun sesuai dengan skema gambar lalu voltmeter dan amperemeter dikalibrasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa alat tersebut masih bisa berfungsi dengan baik. Kemudian dilakukan percobaan dengan memutar potensiometer agar jarum pada amperemeter menunjukkan angka tertentu yaitu 2 mA lalu diamati perubahan jarum pada voltmeter dan dicatat hasilnya. Pengambilan data dilakukan sebanyak 10 kali dengan variasi amperemeter yaitu 4 mA, 6 mA, 8 mA, 10 mA, 12 mA, 14 mA, 16 mA, 18 mA dan 20 mA dengan memutar potensiometer. Setiap perubahan jarum pada voltmeter diamati dan dicatat sebagai data percobaan.
Percobaan kedua dilakukan sama seperti percobaan pertama dengan rangkaian tunggal hanya saja resistor yang digunakan berbeda yaitu resistor R2. Pengambilan data juga dilakukan sebanyak 10 kali. Percobaan ketiga dilakukan dengan merangkai rangkaian secara seri sesuai dengan skema gambar. Kemudian pengambilan data dilakukan sama seperti percobaan pertama. Sedangkan untuk percobaan keempat rangakaian disusun secara paralel, sedangkan untuk variasi amperemeter dimulai dari 4 mA, 6 mA, 8 mA, 10 mA, 12 mA, 14 mA, 16 mA, 18 mA, 20 mA, dan 22 mA. Setiap perubahan jarum pada voltmeter diamati dan dicatat.
Dari hasil pengambilan data dapat disimpulkan bahwa hubungan antara amperemeter dan voltmeter adalah berbanding lurus. Karena saat amperemeter dinaikan maka nilai voltmeter juga akan naik. Hasil grafik yang terbentuk adalah grafik dengan gradien positif. Hasil grafik menujukkan bahwa pada rangkaian yang disusun secara seri memiliki kemiringan lebih besar dibanding dengan rangkaian paralel. Hal ini menunjukkan bahwa rangkaian seri memiliki nilai hambatan yang jauh lebih besar.
Hasil perhitungan menggunakan metode regresi linier adalah sebagai berikut:
a.       Rangkaian tunggal dengan R1
b.      Rangkaian tunggal dengan R2
c.       Rangkaian seri
d.      Rangkaian paralel

Dari hasil perhitungan dengan metode regresi linier juga diperoleh hasil bahwa nilai hambatan rangkaian seri lebih besar dari rangkaian paralel. Namun, dalam melakukan percobaan ada sedikit kendala yang dihadapi praktikan yaitu kerusakan yang terjadi pada alat serta sensitifitas alat sehingga alat tersebut tidak boleh disentuh sedikit saja. Selain itu faktor human error pada praktikan juga menyebabkan pengambilan data kurang akurat.

BAB V PENUTUP
5.1  Kesimpulan
a.       Melalui metode grafik, terbukti bahwa tegangan pada rangkaian beserta arus yang mengalir memiliki hubungan V = I . R karena I yang divariasikan maka
I =  . V , sumbu x = V dan sumbu y = I.
b.      Besar tegangan atau beda potensial pada ujung-ujung resistor berbanding lurus dengan kuat arus yang mengalir pada resistor tersebut.
c.       Hambatan total dari resistor yang disusun seri lebih besar dari pada resistor tersebut disusun secara paralel.
d.      Hasil yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan praktikan adalah :
1.)    Rangkaian tunggal dengan R1
2.)    Rangkaian tunggal dengan R2
3.)    Rangkaian seri
4.)    Rangkaian paralel

5.2  Saran
a.       Sebaiknya praktikan memastikan semua alat dapat bekerja dengan baik
b.      Melakukan pengamatan dengan penuh konsentrasi agar hasil yang didapat lebih akurat
c.       Saat membaca jarum pada voltmeter harus dilakukan dengan benar benar sejajar agar hasilnya lebih akurat

Daftar Pustaka
a.       Staff Laboratorium Fisika Dasar.2015. Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar Semester 1. Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UGM : Yogyakarta.
b.      Pedoman Praktikum Fisika Dasar, Listrik dan Optik . Bandung; STT Tekstil. 2013.
c.       Padri, I Made; Fisika Dasar 1. FPMIPA IKIP Bandung, Bandung. 1992.









LAMPIRAN
1.      Percobaan pertama dengan resistor tunggal R1
No
X (V)
Y (A)
XY
1
0,1
0,002
0,01
0,000004
0,0002
2
0,3
0,004
0,09
0,000016
0,0012
3
0,5
0,006
0,25
0,000036
0,003
4
0,7
0,008
0,49
0,000064
0,0056
5
0,85
0,01
0,7225
0,0001
0,0085
6
1,15
0,012
1,3225
0,000144
0,0138
7
1,2
0,014
1,44
0,000196
0,0168
8
1,4
0,016
1,96
0,000256
0,0224
9
1,6
0,018
2,56
0,000324
0,0288
10
1,8
0,02
3,24
0,0004
0,036
9,6
0,11
12,085
0,00154
0,1363
Tabel 4.5 Perhitungan percobaan pertama untuk rangkaian resistor tunggal
R =
R =





2.      Percobaan kedua dengan resistor tunggal R2
No
X (V)
Y (A)
XY
1
0,2
0,002
0,04
0,000004
0,0004
2
0,4
0,004
0,16
0,000016
0,0016
3
0,5
0,006
0,25
0,000036
0,003
4
0,7
0,008
0,49
0,000064
0,0056
5
0,9
0,01
0,81
0,0001
0,009
6
1,1
0,012
1,21
0,000144
0,0132
7
1,3
0,014
1,69
0,000196
0,0182
8
1,5
0,016
2,25
0,000256
0,024
9
1,7
0,018
2,89
0,000324
0,0306
10
1,8
0,02
3,24
0,0004
0,036
10,1
0,11
13,03
0,00154
0,1416
Tabel 4.6 Perhitungan percobaan keuda untuk rangkaian resistor tunggal
R =
R =

3.      Percobaan ketiga dengan resistor seri
No
X (V)
Y (A)
XY
1
0,2
0,002
0,04
0,000004
0,0004
2
0,4
0,004
0,16
0,000016
0,0016
3
0,6
0,006
0,36
0,000036
0,0036
4
0,9
0,008
0,81
0,000064
0,0072
5
1,2
0,01
1,44
0,0001
0,012
6
1,4
0,012
1,96
0,000144
0,0168
7
1,6
0,014
2,56
0,000196
0,0224
8
1,8
0,016
3,24
0,000256
0,0288
9
2,05
0,018
4,2025
0,000324
0,0369
10
2,25
0,02
5,0625
0,0004
0,045
12,4
0,11
19,835
0,00154
0,1747
Tabel 4.7 Perhitungan percobaan ketiga untuk rangkaian resistor seri
R =
R =



4.      Percobaan keempat dengan resistor paralel
No
X (V)
Y (A)
XY
1
0,05
0,004
0,0025
0,000016
0,0002
2
0,1
0,006
0,01
0,000036
0,0006
3
0,15
0,008
0,0225
0,000064
0,0012
4
0,2
0,01
0,04
0,0001
0,002
5
0,25
0,012
0,0625
0,000144
0,003
6
0,3
0,014
0,09
0,000196
0,0042
7
0,35
0,016
0,1225
0,000256
0,0056
8
0,4
0,018
0,16
0,000324
0,0072
9
0,42
0,02
0,1764
0,0004
0,0084
10
0,45
0,022
0,2025
0,000484
0,0099
2,67
0,13
0,8889
0,00202
0,0423
Tabel 4.8 Perhitungan percobaan keempat untuk rangkaian resistor paralel
R =
R =